Sahamok.net – Mata uang Euro anjlok ke level terendah dalam dua dekade pada hari ini Selasa (5/7) karena harga gas Eropa melambung, sehingga menambah kecemasan terhadap resesi wilayah.
Euro merosot ke harga terendah dalam dua dekade
Dilansir Reuters, Euro mengalami kontraksi pada hari ini Selasa (5/7) dan beregak di level terendah dalam dua dekade terakhir, seiring dengan kekhawatiran yang memuncak akibat ancaman resesi yang akan datang. Pergerakan Euro hari ini turun 1,2% sekaligus mengantarkannya ke posisi terlemah sejak tahun 2002.
Euro tidak sendirian, pelbagai mata uang juga dalam tekanan: Yen Jepang turun ke posisi terendah dalam 24 tahun, sementara itu Krone Norwegia ikut tertekan sebesar 1,2% serupa dengan Euro. Pelemahan Krone Norwegia disebabkan oleh pemogokan yang dilakukan oleh pekerja gas di negaranya.
Ancaman resesi semakin nyata
Para ekonom mengatakan bahwa risiko resesi Eropa tampak semakin jelas setelah terjadinya lonjakan signifikan dalam harga gas alam Eropa dan Inggris yang mencapai 17%, sehingga ini dikhawatirkan akan mendorong inflasi lebih tinggi.
Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan menaikkan suku bunga untuk menghadapi inflasi, tetapi Joachim Nagel – kepala bank sentral Jerman, The Deutsche Bundesbank – menyerang rencana ECB terkait kenaikan suku bunga tersebut. Nagel mencoba melindungi negara-negara yang memiliki utang tinggi atas suku bunga pinjaman.
“Akan sangat sulit bagi Euro untuk reli dengan cara apa pun yang berarti dengan gambaran energi yang semakin memburuk dan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat,” kata Derek Halpenny, kepala riset pasar global MUFG dalam laporan Reuters.
Selain itu di Eropa Timur, hawa panas semakin menyengat gegara negara-negaranya menjadi pihak yang paling bergantung pada gas Rusia.
Kabar buruk juga melanda Indeks harga saham untuk emiten di negara-negara berkembang, MSCI Emerging Market Index yang merosot ke level terendah sejak November 2022. Mata uang terkait seperti Forint Hungaria, Zloty Polandia, dan Leu Rumania kontraksi 1,6 – 2,3% terhadap dolar AS (USD).
(ald/ald)