Harga saham anjlok
Anjloknya harga saham sepintas lalu tampaknya merupakan momen yang terbaik untuk memborong saham, sebab harganya jauh lebih murah dari dibandingkan beberapa hari atau beberapa bulan sebelumnya. Anda harus bisa belajar memahami mana penurunan yang sifatnya normal di bursa dan mana yang tidak normal.
Harga saham yang jauh merosot bisa jadi pertanda ada sesuatu yang tidak beres di perusahaan itu, atau mungkin juga bisa jadi anda sedang berada dalam situasi tren turun ( bearish ). Membeli saham yang merosot drastis tanpa mengenali normal tidaknya penurunan ini bisa membuat rekening anda menyusut drastis.
Contoh kasus membeli ketika harga saham anjlok
Tahun 2007 ketika bursa berada dalam kondisi Bullish, saya membeli saham CPRO diharga 740 ( saat itu saya membeli lebih mengandalkan faktor teknikal ). Besoknya sempat naik ke 780 namun ditutup diharga 760.
Dua hari kemudian terjadi penurunan sehari yang besar ( lebih dari 8%) dan volume perdagangan saat itu sangat besar. Ini adalah situasi yang tidak normal dimana volume yang besar justru terjadi pada saat harga saham turun ( dan terjadinya disaat bursa bullish pula ). Hari itu saya tidak langsung mengambil tindakan, karena pengaruh emosi dan ego saya saat itu.
Besoknya harga saham makin anjlok dengan volume makin besar, dan saya akhirnya menelan pil pahit dengan menjualnya di harga 580. Saya rugi lebih dari 20%. Disisi lain, salah seorang investor justru melakukan aksi beli karena harganya sudah terdiskon lebih dari 20% hanya dalam 2 hari.
Dalam beberapa hari kemudian, harga saham makin merosot, dan menangis dikisaran 350. Turun lebih dari 50%.
Jika sebuah samurai sedang meluncur jatuh, siapapun kesulitan menangkapnya tanpa terluka.