Saham: 14 kesalahan klasik yang dilakukan investor saham berulang-ulang
1. Terlalu toleran terhadap kerugian-kerugian kecil dan tidak mematok batas toleransi kerugian
2. Membeli ketika harga “anjlok”
3. Membeli ketika harga rata-rata turun (average down)
7. Memilih saham “lapis kedua” berdasarkan deviden atau rasio P/E
8. Tidak mau keluar setelah menyadari ada kesalahan
9. Membeli karena rasa “suka”
Diawal saya menjadi investor, saya menyaksikan beberapa investor yang kebetulan bekerja di Bank BRI. Hampir semua investor tersebut membeli saham BRI. Padahal pada waktu itu pemimpin pasar adalah sektor pertambangan. Ada rasa “suka” terhadap saham yang mereka beli karena kebetulan mereka bekerja di perusahaan yang sahamnya mereka beli. Menurut saya, pembelian semacam ini tidak obyektif. Yang anda cari adalah saham-saham yang akan memberikan keuntungan besar buat anda. Meskipun saham BRI yang mereka beli saat itu dalam beberapa bulan harganya naik, namun pemimpin pasar pada saat itu yaitu sektor tambang naik jauh berlipat-lipat meninggalkan kenaikan harga BRI.
10. Tidak mampu memilah informasi yang baik
11. Takut pada saham yang baru saja mencapai harga tertinggi baru
12 Jarang bertransaksi pada posisi harga pasar.
13. Tidak berani mengambil keputusan saat diperlukan
14 Tidak obyektif menilai saham
Apakah membeli saham karena harga turun itu salah? atau ada alasan lain yang tepat? mohon masukannya.