PT Adaro Energy Tbk membukukan laba bersih sepanjang 2011 sekitar US$522 juta. Jumlah ini meningkat signifikan 124,7% dibandingkan dengan periode yang sama 2010 yang hanya US$247 juta.
Menurut Direktur Utama Adaro Boy Giribaldi Thohir, pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan volume produksi yang tinggi, harga jual rata-rata yang kuat dan pengendalian biaya yang terus dilakukan.
“Dengan kinerja tahun 2011 yang kokoh, kami selangkah lebih maju untuk mencapai visi Adaro Menjadi Kelompok Perusahaan Tambang dan Energi Indonesia yang terkemuka. Kami berhasil mencapai target yang ditetapkan dan mampu melaksanakan tujuan strategis dengan mengakuisisi beberapa cadangan batubara di Sumatera Selatan serta berekspansi ke hilir melalui proyek pembangkit listrik di Jawa Tengah,” kata Giribaldi di Jakarta, Rabu (28/3).
Ia menambahkan pendapatan usaha turut meningkat 47% menjadi US$3,99 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,718 miliar. Pertumbuhan ini disebabkan oleh naiknya produksi dua digit dan harga yang meningkat tajam.
Sementara marjin laba kotor meningkat 35,8% dari 30,5% pada tahun sebelumnya.
“Kami semakin yakin bahwa bisnis model terbukti tepat untuk mewujudkan nilai yang berkesinambungan dari batubara Indonesia untuk menjadikan Adaro yang lebih besar dan lebih baik serta membantu pembangunan nasional,” tuturnya.
Produksi batubara Adaro sepanjang 2011 meningkat 13% menjadi 47,67 juta ton dan volume penjualan meningkat 16% menjadi 50,78 juta ton. Kombinasi faktor-faktor, seperti cuaca, tambahan alat berat yang baru dan lebih besar, serta kinerja kontraktor yang baik memungkinkan Adaro untuk mencapai batas atas target produksi yang telah ditetapkan pada kisaran 46-48 juta ton.
Harga jual rata-rata batubara Adaro Indonesia meningkat 27,6% karena kenaikan harga jual batubara termal dan tambahan kontrak dengan harga yang ditentukan oleh pasar.
Hingga 2011, total biaya kas grup meningkat 14,2% menjadi US$41,21 per ton dikarenakan rasio nisbah kupas yang direncanakan lebih tinggi, jarak pembuangan lapisan penutup yang lebih jauh, dan biaya bahan bakar yang meningkat.
“Kami mencatat sebagai perusahaan yang memiliki marjin EBITDA terbaik untuk batubara termal di Indonesia sekitar 36,9%,” imbuhnya.
Di samping itu, Adaro mencatat setoran pajak pendapatan sebesar US$450,5 juta dan pembayaran royalti sekitar US$405,4 juta. Adaro mengalokasikan dana untuk pengembangan masyarakat di luar program lingkungan hidup US$10 juta meningkat 70% dibandingkan tahun sebelumnya US$5,8 juta.
Sumber : IMQ