Sahamok.net – Konsumen AS menerima sentimen baik dari data CPI bulan Juli yang lebih dari perkiraan menjadi 8,5% secara year-on-year (YoY).
Angka tersebut melambat dari 9,1% pada bulan Juni karena kelanjutan penurunan harga bensin. Perkiraan telah menunjukkan bahwa CPI AS mungkin hanya turun menjadi 8,7%.
Harga komoditas utama juga merosot, seperti gandum turun 27,7%, jagung berkurang 20,4%, dan tembaga jatuh 13,5% dibandingkan tiga bulan lalu.
Didukung oleh optimisme baru, indeks S&P 500 berhasil naik di atas 2% sejauh ini selama sesi hari ini Kamis (11/8). Namun, tingkat inflasi masih jauh di atas target 2% yang dinyatakan The Fed.
![](https://www.sahamok.net/wp-content/uploads/2022/08/CPI-AS.jpg)
Sumber: investing
CPI inti yang mengecualikan energi volatil dan bahan makanan dari keranjang utama tetap bergerak konstan pada 5,9% secara YoY sementara secara bulanan terapresiasi sebesar 0,3%, secara signifikan berada di bawah ekspektasi bulan Juli sebesar 0,7%.
Ekonom perusahaan manajemen investasi Pimco, Tiffany Wilding dan Allison Boxer mencatat bahwa meskipun inflasi utama telah mereda, CPI inti tetap perkasa, dan bahkan telah melihat adanya peningkatan data seperti yang dirilis oleh lembaga regional The Fed.
Hasil interpretasi pada bulan Juli menunjukkan adanya penurunan paling tajam secara YoY sejak bulan Maret 2020, ketika CPI anjlok dari 2,3% pada Februari menjadi 1,5% yang disebabkan oleh lockdown awal yang mulai berlaku terkait Covid-19.
Di sisi lain, keluarga-keluarga di Amerika terus berjuang melawan harga yang meroket di tengah terjadinya penurunan upah riil.
Seorang kontributor di majalah Forbes, Simon Moore menambahkan bahwa “kenaikan harga untuk banyak bidang ekonomi lainnya masih tetap memprihatinkan bagi The Fed.”
Inflasi yang meningkat mendongkrak harga makanan, sewa, dan layanan kesehatan meskipun jumlah agregatnya lebih rendah. Sebagai contoh, Bank of America mencatat bahwa rata-rata sewa bulanan telah naik sebesar 16% bagi mereka yang berada di demografi kaum muda. (ald/ald)