Jakarta, Sahamok.net – Pasar kripto pada perdagangan hari ini Senin (9/5/2022) tampak tidak baik-baik saja, terlihat harga Bitcoin dan sejumlah altcoin terbaik di pasar anjlok. Apakah crypto crash, atau kesempatan untuk membeli, lalu bagaimana peluang dan potensi pergerakan crypto coin tahun 2022 ini?
Harga Bitcoin dan Altcoin Anjlok, Pasar Crypto Crash?
Berdasarkan data coinmarketcap, dalam perdagangan 24 jam terakhir harga crypto terbaik seperti Bitcoin dan sejumlah altcoin turun cukup dalam. Tercatat, koin Bitcoin (BTC) collapse 5%, sementara altcoin teratas di pasar seperti Ethereum (ETH) jatuh 6,17%, Binance Coin (BNB) memerah 7%, XRP (XRP) menurun 6,73%, Solana (SOL) ambruk 8,44%, Cardano (ADA) terjungkal 10,72%, Terra (LUNA) turun 2%, Avalanche (AVAX) runtuh 6,7%, dan meme coin terbaik Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB) sama-sama ambruk 6,38% dan 12,1%.
Depresiasi harga signifikan yang dialami sebagian besar aset kripto teratas menimbulkan pertanyaan, apakah pasar crypto crash? Atau ini hanya koreksi wajar untuk kembali melanjutkan tren naik?
Pergerakan Bitcoin (BTC)
Sebagai benchmark dari pasar kripto, pergerakan harga Bitcoin (BTC) selalu menjadi acuan bagi investor. Sementara pada perdagangan hari ini harga Bitcoin tampak anjlok 5%, ini kemudian memunculkan tanda tanya, bagaimana prospek Bitcoin ke depannya?

Grafik BTC/USDT daily, sumber: tradingview
Berdasarkan grafik daily, terlihat harga Bitcoin telah crash dalam lima hari berturut-turut. Indikator MCAD menunjukkan bahwa Bitcoin sedang dalam tren turun atau bearish yang ditunjukkan dengan pergerakan MACD line di bawah signal line. Meskipun begitu, indikator relative strenght index (RSI) menunjukkan sinyal untuk beli (buy), pasalnya harga koin BTC sudah berada dalam kondisi jenuh jual (oversold) dengan RSI di bawah 30.
Potensi Bitcoin (BTC)

Grafik BTC/USDT weekly, sumber: tradingview
Meskipun harga Bitcoin anjlok dalam beberapa hari terakhir, pada dasarnya itu masih dalam batas yang wajar karena masih berada di atas level bawah (support) di sekitar $29.000. Hal ini terlihat dari grafik harga minguan (weekly), pergerakan koin BTC dalam tahap akumulasi. Di dalam siklus pasar kripto, setelah proses akumulasi selesai, maka pergerakan harga akan kembali naik ke atas untuk masuk ke fase mark up. Baca selengkapnya di sini: Prospek dan Prediksi Bitcoin 2022.
Apa yang Harus Dilakukan Saat Harga Bitcoin atau Crypto Turun?
Bagi investor pemula mungkin belum begitu kuat untuk melihat volatilitas harga crypto yang sangat tinggi. Padahal, sebenarnya fluktuasi harga signifikan dalam jangka pendek merupakan sesuatu yang lumrah untuk instrumen ini. Pada dasarnya, yang perlu Anda lakukan ketika harga Bitcoin atau crypto anjlok adalah sebagai berikut:
- Tetap tenang. Ini membantu Anda untuk melihat gambaran besar apa yang menyebabkan harga kripto (cryptocurrency) turun. Apakah ini hanya faktor teknikal, atau faktor fundamental. Jika itu hanya masalah teknikal, itu bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, apalagi bagi investor jangka panjang, karena pada akhirnya harga akan kembali mencerminkan fundamental.
- Average down. Harga Bitcoin atau crypto turun menjadi peluang terbaik untuk menambah muatan atau membeli aset di harga bawah. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan harga rata-rata yang ideal untuk memperkecil persentase kerugian atau floating loss.
- Cut loss. Ini sebaiknya dilakukan sesuai dengan trading plan Jika misalnya toleransi penurunan harga yang Anda buat adalah 5%, maka sebaiknya jual rugi atau cut loss saat itu tercapai, sehingga Anda dapat membatasi kerugian lebih besar. Akan tetapi bagi investor jangka panjang, tidak ada alasan untuk jual Bitcoin saat turun, selagi itu tidak berkaitan dengan faktor fundamental.
Penyebab Bitcoin Turun
Penurunan harga Bitcoin dan pasar crypto secara umum disebabkan oleh kepanikan pasar terhadap inflasi AS yang dapat berpotensi menyebabkan resesi ekonomi. Kenaikan inflasi telah memaksa bank sentral Amerika The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (0,5%) untuk mengatasi inflasi.
Meskipun begitu, pengaruh inflasi semestinya menjadi sentimen positif untuk aset kripto (khususnya Bitcoin), karena adanya hubungan positif. Saat inflasi naik, itu mengindikasikan jumlah uang beredar di masyarakat meningkat, dengan asumsi permintaan konstan maka orang-orang akan membeli lebih banyak Bitcoin yang menunjukkan permintaan tinggi.
Bukan tanpa alasan, Bitcoin sudah dianggap sebagai emas digital dan berperan sebagai aset yang safe haven untuk melindungi nilai. Sebagai contoh, pada beberapa bulan lalu di saat The Fed menaikkan suku bunga akibat inflasi yang terus meningkat, membuat harga kripto reli.
Akan tetapi, kenaikan suku bunga saat ini sebagai penanganan inflasi justru membuat harga Bitcoin dan pasar kripto turun. Hal ini lebih kepada kecemasan sementara investor akan potensi resesi. Jika pasar mulai sedikit tenang, Bitcoin dan crypto berpotensi pulih, terlebih tidak ada kendala berarti pada aspek fundamental.
(ald/ald)